Seharian ini Aziza menjalani syuting dari jam 9.30 pagi sampai jam 4 sore. Pengambilan gambar dilakukan oleh tim pembuat video dari Sydney, Australia. Mereka merekam aktifitas keseharian Aziza bersama keluarga dan anak-anak tetangga. Sungguh pengalaman baru buat kami sekeluarga.
Beberapa orang tua anak dengan gangguan dengar bercerita bahwa anaknya dilarang memakai alat bantu dengar (ABD) sama sekali. Alasannya pendengarannya bisa makin parah. Dulu juga ada yang pernah melarang saya memakaikan ABD pada Aziza. Menghindari radiasi katanya. ABD saja tidak boleh apalagi implanΒ π. Apa benar ABD bisa memperparah pendengaran? Saya pun tergelitik cari informasi, bertanya pada beberapa dokter, bertanya pada sesama ortu dan baca-baca.
Lanjutkan membaca “Apakah ABD Memperburuk Daya Dengar dan Berakibat Buruk Pada Otak?”
Alat bantu dengar (ABD) atau implan koklea hanyalah alat. Kalau sudah mendengar, berikutnya bagaimana? Alat hanyalah alat, anak tak bisa otomatis langsung bicara. Kemampuan mendengar dan berbicaranya harus dilatih mengejar ketertinggalannya. Berikut ini saya tuliskan apa yang kami lakukan sekeluarga bersama Aziza, sejak awal pemakaian alat baik ABD atau implan koklea.
Semua yang saya lakukan sekeluarga berdasar petunjuk terapisnya yaitu kak Ellen dan juga dari beberapa panduan Auditory Verbal Therapy (AVT) yang saya baca misal dari Warren Estabrooks atau dari bahan-bahan dari internet dan juga diskusi dengan orang tua anak tuna rungu lain. Saya tak akan menjelaskan teori AVT karena bisa dicari sendiri. π Saya tuliskan praktek yang kami lakukan bersama Aziza.

Lanjutkan membaca “Latihan Mendengar dan Berbicara (Sharing Pengalaman Aziza)”

Senang sekali rasanya saat pertama kali Aziza mengucap kata. Saat itu adalah hari ke-14 paska alat implan kokleanya diaktifkan. Aziza yang awalnya tak bisa mengucap sepatah katapun, akhirnya bisa mengucap ‘mama’. Seiring waktu, kata demi kata pun bisa dia ucapkan. Namun penantian panjang menunggu dia mengucapkan suara huruf ‘i’ cukup mendebarkan dan terasa lama. π

Bisakah kita membayangkan tiba-tiba kehilangan pendengaran di satu atau dua telinga kita? Semua bisa saja terjadi. Itulah yang dialami Nanda, pelajar berumur 15 tahun. Ibu Nanda yaitu Rahma tak menyangka putrinya yang sudah bersekolah bakal kehilangan pendengaran di salah satu telinganya. Kini Rahma dan Nanda sedang berusaha memulihkan di Jakarta.
Lanjutkan membaca “Nanda, Mendadak Kehilangan Satu Pendengaran”

Suaranya begitu lancar dan jelas melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Remaja itu bernama Ali Haydar. Sungguh dari suaranya tak terdengar dia ternyata mengalami gangguan pendengaran dengan kategori sangat berat di kedua telinganya. Haydar mendengar dibantu dengan satu alat implan koklea di telinga kanan. Kini Haydar bahkan sudah hafal 13 juz Al-Quran.

Gadis kecil itu terlihat riang bercerita dan bernyanyi di depan publik. Dia tuna rungu dan bicaranya lancar. Shalom Jemima namanya. Di usianya yang masih sangat belia, dia sudah 12 kali berjuang di atas meja operasi.
Lanjutkan membaca “Kisah Inspiratif: Shalom, Umur 6 Tahun Sudah Operasi 12 Kali”
Pertama Bicara Mengucap “Allah” SWT..

Salah satu sahabat cilik Aziza (3,5 tahun) adalah Barraz Tabrizio Liddien Zubula (4,3 tahun) yang sama-sama tuli sangat berat. Orang tuanya yang sangat sederhana tak menyerah, dan menjual apa saja isi rumah demi beli Alat Bantu Dengar (ABD). Setelah dua tahun pemakaian, kini Barraz makin banyak kemajuan dalam berbicara. Ini sepenggal kisah mereka.
Tulisan Nurvita Indarini di Detik.com, Kamis, 22/09/2016
Selama ini Illian Deta Arta Sari tidak pernah menyangka keterlambatan bicara si kecil terkait dengan gangguan pendengaran. Dia hanya menyangka anak ketiganya yang belum juga bisa bicara itu seperti anak keduanya yang juga terlambat bicara. Hanya saja si anak kedua ketika mulai bisa bicara, langsung berbicara dengan kata yang panjang-panjang.
Lanjutkan membaca “Kisah Ibu yang Ingin Balitanya Bisa Mendengar”

Blog ini saya buat untuk menuliskan perjalanan anak ketigaku, Aziza Sakhia Supriyadi,Β agar bisa mendengar suara dan belajar berbicara. Aziza yang lahir 12 Maret 2014 didiagnosa mengalami gangguan pendengaran sangat berat (profound hearing loss) pada 20 Agustus 2016. Hasil tes Berra dan ASSR menunjukkan bahwa dia hanya bisa mendengar suara diatas 110 desibel atau setara deru suara pesawat dari dekat. Dokter mengatakan sel-sel rambut kokleanya mengalami gangguan sejak dia masih dalam kandungan yang diduga karena virus CMV.