Beberapa orang tua anak dengan gangguan dengar bercerita bahwa anaknya dilarang memakai alat bantu dengar (ABD) sama sekali. Alasannya pendengarannya bisa makin parah. Dulu juga ada yang pernah melarang saya memakaikan ABD pada Aziza. Menghindari radiasi katanya. ABD saja tidak boleh apalagi implan 😊. Apa benar ABD bisa memperparah pendengaran? Saya pun tergelitik cari informasi, bertanya pada beberapa dokter, bertanya pada sesama ortu dan baca-baca.
Beberapa orang bercerita, yang melarang adalah penyembuh alternatif atau sering disebut “orang pintar”. Malah ada juga dokter yang melarang penggunaan ABD. 🙈 Para orang tua menurut saja tidak memakaikan ABD pada anaknya karena saking percayanya. Plus saking berharapnya anak bisa tumbuh sama seperti anak lain, tanpa terlihat ‘aneh’ ada alat di telinganya.
Waktu terus berjalan. Berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dijalani tanpa anak memakai alat. Masa emas anak untuk belajar mendengar dan bicara tentu terlewatkan. Beberapa diantaranya mengatakan pada saya tak ada perubahan dan menyesal kenapa tidak dari dulu pakai ABD/ Implan Koklea dan fokus pada terapi. Tentu sudah ada kemajuan.
Pada umumnya, alasan pelarangan ada dua macam. Pertama, ABD berfungsi mengeraskan suara sehingga membuat syaraf makin lemah dan justru bisa makin tuli akibat suara ABD yang dibesarkan. Kedua, ada juga yang bilang dikhawatirkan telinga dan otak makin buruk kondisinya karena radiasi baterai ABD diletakkan di belakang telinga, dekat syaraf telinga dan dekat otak. Radiasi ABD dikhawatirkan juga menimbulkan kanker.
Ada juga orang tua yang masih memakaikan ABD tapi khawatir soal efek samping sehingga memakaikannya tidak optimal. Idealnya ABD dipakai terus kecuali mandi dan tidur.
Saya pun mendapat penjelasan dari Dr Harim Priyono, yaitu dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan – Bedah Kepala Leher.
ABD Tidak Memperburuk Gangguan Dengar
“Hingga saat ini, stimulasi atau habilitasi fungsi pendengaran sedini mungkin masih merupakan pilihan terbaik yang diterima di dunia medis,” tegas dokter Harim yang saat ini berdinas di RSCM, RS Premier Jatinegara dan RS Pantai Indah Kapuk ini.
Menurut dokter Harim, ABD pada prinsipnya adalah alat pengeras suara. Selama tidak terjadi over amplification maka fungsi sensor suara (koklea) akan terjaga dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Yang dimaksud over amplification adalah suara yg dihasilkan ABD terlalu kuat hingga maksimal atau melebihi batas penerimaan telinga.
Karena itulah setiap pengguna ABD perlu melakukan setting secara berkala pengguna ABD untuk mengecek kesesuaian antara amplifikasi yg diberikan ABD dan ambang pendengarannya. Membeli ABD tidak sama seperti membeli handphone, kalau sudah membayar trus selesai. Pembelian ABD butuh setting rutin .
“ABD juga tidak akan menyebabkan kerusakan serabut saraf pendengaran yang berhubungan dengan otak,” lanjut dokter Harim. Tetapi, ABD dapat memperberat gangguan koklea kalau terjadi over amplification. Gangguannya serupa dengan gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss).
ABD Tak Memancarkan Radiasi
Terkait radiasi, Dokter Harim menyatakan ABD ataupun baterainya sendiri tidak menghasilkan radiasi. “Sangat jauh atau bisa dikatakan tidak ada kalau dibandingkan dengan radiasi sinyal telepon selular,” imbuh dokter Harim yang juga banyak belajar, mengikuti berbagai workshop dan pelatihan di berbagai negara ini.
Dokter Harim juga menjelaskan bahwa kalau mau hitung-hitungan radiasi, sehari-hari saja begitu banyak radiasi yg sebetulnya mengenai tubuh kita. Misalnya radiasi sinar matahari (mengandung komponen UV yg bersifat karsinogenik dan sinar X dalam dosis yg sangat sangat kecil), penerbangan pesawat lintas benua pada siang hari, atau perlengkapan di rumah yang sehari-hari kita pakai yang memancarkan radiasi. Seperti telepon selular, lampu neon, TV, oven, microwave, radiasi pemancar wifi internet di rumah atau kantor, komputer laptop dan juga desktop.
Kalau mau hidup tanpa radiasi, rasanya saat ini sulit sekali atau tidak mungkin lagi. “Sepertinya kata ‘radiasi’ ini dijadikan sebuah kata yang berkonotasi sangat buruk dan tidak semua info benar,” ujar dokter Harim. Saking takutnya dengan radiasi, bahkan ada juga pasien yang sangat ketakutan menjalani pemeriksaan CT scan utk keperluan medis.
“Pada prinsipnya banyak alat elektronik lain yg sehari-hari ada di sekitar kita dan memancarkan radiasi elektromagnetik. Namun semuanya tidak ada yang secara medis terbukti membahayakan tubuh manusia sehingga harus dihindari secara permanen,” jelasnya.
Beberapa artikel lain berdasar penelitan menegaskan bahwa ABD tidak akan merusak telinga dan otak asal terprogram dengan baik sesuai kebutuhan. Bahkan faktanya, pemakaian ABD membantu mempertajam pendengaran dalam menangkap suara, menstimulus syaraf dan bisa menunda penurunan daya dengar secara natural.
Sebaliknya, kalau telinga yang mengalami gangguan pendengaran tidak memakai ABD maka justru syaraf sel koklea makin melemah karena tidak dapat stimulus suara. Jadi resiko kerusakan telinga akibat memakai ABD justru lebih kecil ketimbang kalau tidak memakai ABD.
Memang ada juga anak tuna rungu yang memakai ABD lantas menurun pendengarannya. Sama halnya manusia biasa yang tak ada masalah juga bisa menurun daya dengarnya seiring dengan waktu. Ada faktor lain juga yang menyebabkan misalnya infeksi telinga, sering demam, atau pelemahan syaraf akibat virus. Tapi pelemahannya bukan karena ABD yang di-setting rutin atau terprogram dengan baik. Jadi tidak tepat kalau menyalahkan ABD penyebabnya turunnya daya dengar.
Kerja ABD adalah sebagai amplifier yang memproses dan mengeraskan suara agar mudah didengar. Tapi jangan dibayangkan seperti kita memutar musik sangat kencang dengan headset atau earphone yang bisa merusak telinga dan pendengaran. Kalau suara ABD, meski keras tapi sesuai kebutuhan tidak akan merusak. Karena itu, setting sangat penting agar bisa mengatur ABD agar menghasilkan suara senatural mungkin sesuai ambang dengarnya.
Untuk anak kecil tuna rungu pengguna ABD, seringkali mereka belum cukup mengerti bagaimana mengungkapkan kalau suaranya terlalu keras. Karena itu, peran orang tua melihat respon anak dalam memakai ABD sangat penting. Misalkan melihat anak menangis terlihat kesakitan memakai ABDnya. Karena itu pastikan program settingnya pas.
Dokter Semiramis Zizlavsky Sp THT-KL (K) menyatakan bahwa ABD tetap dibutuhkan untuk stimulasi karena otak juga harus belajar untuk mendengar. “Pemakaian ABD dianjurkan sedini mungkin yaitu sebelum usia 6 bulan bila sudah terdiagnosa. Dari penelitian, kemampuan bicaranya hampir menjadi setara dengan anak normal saat usia 3 tahun,” jelasnya. Tentu saja ini semua dengan latihan yg baik dan dukungan keluarga .
Kesimpulan dari hasil saya nanya sana sini dan baca sana sini adalah ABD tidak memperburuk pendengaran atau menimbulkan kerusakan baru. Tapi dengan catatan harus dicek dan diprogram rutin sesuai kondisi telinga/ ambang dengar. ABD juga tidak memancarkan radiasi yang membahayakan sel-sel rambut koklea, syaraf pendengaran maupun otak. Tidak pula menyebabkan kanker. Jadi aman, dan silahkan memakaikan ABD rutin disertai terapi.
15 Februari 2018
Illian Deta Arta sari (081282032922)
Beberapa artikel yang dibaca:
Do Wireless Hearing Aids Present a Health Risks?
Do Hearing Aids Cause Further Hearing Loss?
How Much Radiation Are You Exposed to During a Cross Country Flight.
Can Hearing Aids Cause Hearing Loss?
Can Hearing Aids Damage Hearing?
dll
Beberapa forum tanya jawab dengan dokter atau audiologist juga saya baca. Misal:
Can Wearing Hearing Aids Damage Your Hearing?
dll
Tinggalkan Balasan