Seharian ini Aziza menjalani syuting dari jam 9.30 pagi sampai jam 4 sore. Pengambilan gambar dilakukan oleh tim pembuat video dari Sydney, Australia. Mereka merekam aktifitas keseharian Aziza bersama keluarga dan anak-anak tetangga. Sungguh pengalaman baru buat kami sekeluarga.
Sejak pagi saya sudah menjelaskan pada kalau akan ada tamu. Dia pun semangat memakai baju baru yang kami beli kemarin hehe. “Nanti ada tamu dari jauh. Temen-temen mami. Nanti Aziza disyuting, difoto. Jadi anak pinter ya!” pesan emak.
Aziza seperti mengerti. Dia menjawab “Iya. Amu (tamu). Oto (foto) ,” jawabnya tanpa kedip.
Aziza memang ngerti banget soal foto. Kalau emak mau motret tinggal bilang “Aziza foto yaaaa. Senyuuum,” trus wajahnya akan senyum kalau lagi gak ngantuk atau capek hehe. Semua yang pernah foto sama Aziza tentu tahu hal itu.
Selanjutnya, selama proses pengambilan gambar, Aziza nurut saja menjalaninya. Sekeluarga terlibat syuting, baik mas Kumara, mas Nararya sepulang sekolah atau simbah yang ngemong. Sayangnya Pakne tak bisa ikutan karena ada rapat.
Aziza tak canggung dengan lampu-lampu sorot mengelilingi dan kamera besar menghadapnya. Dia cuek kayak tak ada apa-apa. Eh malah seneng ding hehe
Aziza memang anak yang percaya diri dan tidak takut ketemu orang baru bahkan pada orang luar negeri yang jarang ditemuinya sehari-hari. Pas ketemu, Aziza mau langsung salim. Awalnya saya takut dia bakal mogok lihat bule 🙈. Mereka ditemani Alvin andiheru dari Cochlear indonesia
Sikap percaya diri Aziza dan berani adalah salah satu perubahan yang sangat terasa paska implan. Dulu, Aziza sangat pemalu, dan penakut sekali. Dulu dia tak bisa ketemu orang baru, nangis dan tak mau salaman. Aziza juga selalu ketakutan diajak bertamu ke rumah orang baru. Sekarang? Pede luar biasa.

Alhamdulillah Aziza memang anak manutan. Termasuk sejak dulu manutan nggak pernah rewel menjalani semua proses implannya dari antri di RSCM pakai BPJS hampir setiap hari.
Aziza dipilih perusahaan Cochlear Ltd pusat di Australia setelah melalui berbagai penilaian. Ada beberapa alasan. Diantaranya Aziza menunjukkan progres yang baik dalam mendengar dan berbahasa paska implan. Dia memang belum lancar bicara dan masih jauh untuk dianggap bisa percakapan panjang atau ngomong panjang. Tapi Alhamdulillah, progresnya positif. On the right track. Yang jelas masih terus belajar, belajar dan belajar tentunya.
Alasan lain pemilihan Aziza karena tim seleksi Australia ternyata melihat peran emaknya (plus dukungan bapaknya tentu) yang terbuka terhadap masalah ketulian yang dialami Aziza dan mau berbagi.
Memang, kami tak pernah menyembunyikan status tuli Aziza sejak awal mengetahuinya. Meski sedih tak terkira seperti berada dalam jurang kesedihan tak bertepi, saya kuatkan diri saya untuk membuka kenyataan ini. Saya tulis di facebook saat itu. Berikutnya saya terus berbagi melalui tulisan di blog, video di Youtube plus Facebook (fb) dan Instagram. Saya pun aktif ikut di beberapa group fb atau Whatsapp baik lingkup nasional atau internasional.
Video ini memang untuk kepentingan Cochlear, sebagai testimoni keluarga dan pemakainya. Di sini tentu tak lepas dari unsur bisnis yaitu di bidang kesehatan. Di sisi lain mereka memberi harapan bagi banyak orang dengan menolong siap saja yang ingin anaknya atau dirinya bisa mendengar dengan baik. Sama halnya dengan bisnis ring jantung misalnya. Jangan lihat bisnisnya semata, tapi teknologi ring jantung telah menyelamatkan banyak nyawa.
Buat saya dan suami, Cochlear tak lagi sebatas perusahaan atau toko jualan tapi sebuah keluarga. Kami sadar Aziza akan terus memakai implan koklea seumur hidup karena ditanam di kepalanya dan Cochlear akan ada dalam hidupnya.
Kami sendiri selalu menganggap keluarga pada semua yang terlibat dan mendukung proses Aziza menuju dunia pendengaran. Begitu banyak yang mendukung dan tak bisa saya sebut satu-satu.
Kami juga sadar, banyak orang yang tak cukup mendapat informasi yang benar soal adanya harapan kalau memang ingin anaknya bisa mendengar. Karena itu saya dan suami bersedia terlibat dalam pembuatan video. Bagi kami, ini juga sebagai bagian dari upaya berbagi kisah Aziza.
Satu hal lagi, tak ada alasan komersial bagi kami di balik pengambilan video ini. Saya tak menerima uang sepeserpun. Murni karena saya mau berbagi cerita. Buat yang anti implan tentu bisa saja dengan mudah menuding saya dibayar promosi implan hehehe.. Kalau memang ada yang sampai mikir begitu ya takkan saya anggap. Sak karep-karepmu. Sak muni-munimu. Hoho 😝.
Eh tapi ada juga sih alasan ekonomisnya. Jadi gini, kalau bikin video sendiri yang profesional kan mahal. Apalagi ngedatengin sutradara dan kameramen plus bayar tim editing dari Sydney. Coba dihitung hehehe..

Seharian tadi, tim video mengambil berbagai rekaman aktifitas kami seperti saya menyisir rambut Aziza, memasang sound processor, makan bersama, Aziza main dengan tetangga, dan Aziza main dengan kakak-kakaknya juga.
Habis syuting, Aziza pun bleksek tepar kecapekan. Sungguh melelahkan ternyata. Saya nggak kebayang bagaimana hidup para pemain sinetron kejar tayang itu. Hehehe.. 😝
Gimana nggak capek cobak kalau harus ngulang pengambilan gambar berulang-ulang. Maklum ya rumahku ada di gang yang rasanya ada supermarket berjalan di depan rumah. Pedagang apaaaaa aja lewat sliweran.
Nah pas emaknya lagi di rekam wawancara tanya jawab, tiba-tba ada suara “Sayur-sayuuuuur”. Jreeeeeng. Taping diulang. Emak serius ngulang. Trus muncul lagi “Mbaak jamune mbaak?” kata penjual jamu gendong nawarin jamunya. Hoho. Ulang lagiiiii. Haha.
Berikutnya lewat tukang sapu, tukang cari botol parfum, tukang jual beli emas, gerobak jualan bakso, motor lewat depan rumah, ayam tetangga berkokok kenceng, plus ada juga ambulan lewat jalan raya dekat rumah. hehe
Tim pembuatan film dari negara maju ini ekspresinya lucu-lucu. Antara melongo, lucu, geli dan takjub ada begitu banyak penjual lewat nawarin dagangan sambil teriak. hehe… Di negaranya sono mana adaaaaaa.
Proses mengulang pengambilan video dilakukan tak terhitung karena suara mengganggu atau memang biar ada alternatif jawaban. Semua wawancara dilakukan dalam bahasa inggris yang tentu aku logatnya masih Engtul ya.. English Mbantul. Hoho Kebayang kan ngulang berkali-kali gitu? hehe..
Video ini dibuat seharian. Tapi nanti yang dimasukkan cuma 3 menitan. Sedap yak? Hohoho.. 😬
Rasanya nggak sabar mau lihat hasil rekamannya. Emak juga dag dig dug karena tadi bedakannya luntur semua karena rekaman out door, bergerak main sama Aziza plus jalan dan Jakarta panaaaas. Semoga saja wajahku terlihat kinclong direkam pakai kamera bagus. Hehe 😬.
Pengalaman hari ini sungguh sebuah pengalaman yang sangat berarti buat kami sekeluarga. Makasih buat semuanya yang terus mendukung Aziza dan juga semua pihak yang mewujudkan acara hari ini.

Jakarta, 7 April 2018
Illian Deta Arta Sari
Ibu dari Aziza (4 tahun), profound hearing loss diatas 110 db kiri kanan. Pakai bilateral cochlear implants
April 10, 2018 at 10:54 am
Azizaaaaaa…..anak pintaarrrrr!
SukaSuka
April 10, 2018 at 1:20 pm
Makasih tante cantiiiiiik 😘😘
SukaSuka
April 10, 2018 at 2:29 pm
Asyikkkk, Kak Aziza bentar lagi nongol di video promosinya Cochlear… Hebatttt…
SukaSuka
April 11, 2018 at 11:54 am
Hehehe.. 😍😍
SukaSuka
April 11, 2018 at 1:54 am
Masya Allah, Azizah solehah! Semoga Allah selalu melindungi Aziza, brothers, emake and bapake yaaa…. aamin…. *ketjup
SukaSuka
April 11, 2018 at 11:54 am
Amiiiin. Terima kasih doanya mbak 😘
SukaSuka