Banyak teman yang kaget saat tahu biaya mengurus gigi Aziza total mencapai sekitar 16 juta, seharga motor baru. Mungkin banyak yang menganggap gigi gigis bagi anak-anak adalah hal biasa, otomatis lepas sendiri jadi tak perlu sampai segitunya ngeluarin duit. Baiklah, kuceritakan saja. Ini bukan soal gigi semata. Tapi juga soal kesehatan dan kepercayaan diri Aziza yang kami bangun susah payah tapi tergerus karena gigi.
“Sudah jangan cerewet.. Mama lagi sibuk,” bentak seorang perempuan kesal sambil pegang gadget. “Anak kecil cerewet amat sih. Nurut aja sama orang tua,” kata yang lain. “Kamu budeg ya? Dipanggil nggak nyahut. Diajak omong diam saja!” Kira-kira gitu diucapkan orang pada anaknya sambil kesal. Matanya melotot. (Ehem.. semoga teman fbku tak ada yang pernah keceplosan marah gini).
Hiks.. Mereka tak tahu perjuangan orang tua anak-anak tuli sepertiku agar anaknya bisa mendengar, berbicara dan cerewet. Sungguh mendengar dan kecerewetan itu berbiaya mahal.. Andai mereka tahu.. ๐
Hari kedua sekolah, kami berangkat naik bajaj. Pas sampai, bune bayar bajaj. Eh ya ampuuun, Aziza lari kuenceng masuk sekolah saking semangatnya. Dia ninggalin ibunya trus dadah-dadah cium jauh di pintu hehe..
Seharian ini Aziza menjalani syuting dari jam 9.30 pagi sampai jam 4 sore. Pengambilan gambar dilakukan oleh tim pembuat video dari Sydney, Australia. Mereka merekam aktifitas keseharian Aziza bersama keluarga dan anak-anak tetangga. Sungguh pengalaman baru buat kami sekeluarga.
Kakak Kevin yang implan sejak bayi umur 14 bulan dan Niall Blair Menteri dari Australia foto bareng sama Azia dan emaknya.
Alhamdulillah hari ini Aziza berkesempatan bertemu langsung dengan Niall Blair, the New South Wales Minister for Primary Industries, Minister for Regional Water plus Minister for Trade and Industry Australia. Emak bisa curhat sedikit ๐. Berikut ini foto-foto Aziza di CTEC tadi.
Begitu banyak yang bertanya pada saya bagaimana tips dan caranya memilih implan koklea yang terbaik buat putra-putrinya. Hal ini sungguh bukanlah hal mudah. Berikut ini saya tuliskan beberapa tipsnya tanpa bermaksud mengiklankan salah satu brand.
Kami tak pernah menyangka dikarunai anak tuli. Syok. Begitulah saat awal kami tahu. Kami tak pernah punya pengalaman berinteraksi dengan anak tuli ataupun orang tua yang anaknya tuli. Kami pun terus belajar, berusaha memberi akses pendengaran dan juga mencari tahu penyebabnya. Akhirnya kami tahu,ย penyebab gangguan pendengaran berat di sel-sel rambut koklea yang dialami anak ketiga kami, Aziza Sakhia Supriyadi (2,7 th) adalah virus CMV (Cytomegalovirus)
Aziza hanya bisa mendengar diatas level 110 db atau setara suara deru pesawat terbang dari dekat. Menurut dokter dan hasil laboratorium, penyebabnya adalah infeksi CMV ย yang diklasifikasikan dalam keluarga virus Herpes. Aziza diduga kuat tertular aku saat dia masih di dalam kandungan.
Aziza tes Berra dan ASSR pertama kali di RS SS Medika Salemba, 20 Agustus 2016
Seluruh tubuh langsung lemas saat dokter mengatakan pendengaran Aziza bermasalah pada 20 Agustus 2016. Air mata pun tak henti-hentinya deras mengalir saat dokter Suzanna di RS SS Medika menjelaskan panjang lebar soal Aziza. Rasanya sedih sekali, hancur, dan bayangan ketakutan akan masa depan anak wedhok ini bercampur aduk di hati.”Oalah ndhuuuuuuuk…. kasian banget kamu, umur 9 bulan ditinggal sekolah dan harus putus minum ASI terus sekarang kamu nggak bisa dengar.”