
Kami tak pernah menyangka dikarunai anak tuli. Syok. Begitulah saat awal kami tahu. Kami tak pernah punya pengalaman berinteraksi dengan anak tuli ataupun orang tua yang anaknya tuli. Kami pun terus belajar, berusaha memberi akses pendengaran dan juga mencari tahu penyebabnya. Akhirnya kami tahu, penyebab gangguan pendengaran berat di sel-sel rambut koklea yang dialami anak ketiga kami, Aziza Sakhia Supriyadi (2,7 th) adalah virus CMV (Cytomegalovirus)
Aziza hanya bisa mendengar diatas level 110 db atau setara suara deru pesawat terbang dari dekat. Menurut dokter dan hasil laboratorium, penyebabnya adalah infeksi CMV yang diklasifikasikan dalam keluarga virus Herpes. Aziza diduga kuat tertular aku saat dia masih di dalam kandungan.
Saya berusaha mencari tahu apa itu CMV setelah mendapat hasil lab. Ternyata prevelansi inveksi CMV di Indonesia sangat tinggi. Menurut RS Dr Oen Solo, prevalensi infeksi CMV di Indonesia tahun 2004 sebesar 87,8%. Saya sama sekali tidak menyangka aku kena. Bisa jadi anda juga pernah terinfeksi, tapi tidak tahu seperti saya dulu. Sementara itu Radio Australia tahun 2016 menulis bahwa sekitar setengah dari jumlah penduduk Australia diperkirakan pernah terinveksi CMV. Sedangkan di Amerika, sekitar 60% dari populasinya pernah terpapar CMV.
Seperti halnya kebanyakan orang di Indonesia, saya hamil ya hamil aja, tanpa tes TORCH (Toxoplasma, Others (shypillis, Varichella zoster, parvovirus B-18), Rubella, CMV and Herpes Simplex / HPV) sebelum hamil. (Habis nikah, gituan ya pengen cepet punya anak nggak pakai tes ini itu. Kebanyakan begitu kan? hehe).
Saat hamil anak pertama, Kumara tahun 2006 dan hamil anak kedua, Nararya, tahun 2008, dokter juga nggak nyuruh tes TORCH. Dokterku cuma bertanya apakah saya punya kucing di rumah. Saya jawab tidak ada. Selanjutnya ditanya apakah ada keluarga difabel? Saya jawab juga tidak ada. “Bismillah semua baik-baik saja”, kata dokterku yang selalu positive thinking yang tidak menyuruh tes itu.
Pas hamil Aziza, dokter di rumah sakit yang berbeda pernah bertanya apakah saya ada riwayat infeksi TORCH? Saya jawab belum pernah tes. Ditanya lagi, apakah kakak-kakaknya normal, saya jawab iya semua tidak ada gangguan apapun. Akhrnya saya nggak dites TORCH juga saat trisemester pertama kehamilan. “Bismillah.. nggak perlu tes kalau gitu. InsyaAllah bayinya sehat seperti kakak-kakaknya,” kira-kira begitu ucapan dokter sambil senyum.
Demikianlah dua dokter yang berbeda dari dua rumah sakit melihat tes TORCH. Semuanya berpikir positive tidak akan terjadi apa-apa. Setelah saat ini Aziza mendapat hasil laboratorium, saya juga tidak tahu apakah saya baru kena TORCH pada saat hamil Aziza, ataukah sebelum hamil Kumara dan Nararya tetapi virus baru aktif disaat saya hamil Aziza.
Soal kapan saya kena CMV saya sudah nggak mikir dan saya juga nggak menyalahkan dokter. Saya anggap Aziza tuna rungu karena jalan Tuhan.. Bahkan saya merasa ada banyak hikmah karena Aziza mengubah hidupku.

Saya hanya ingin berbagi buat siapa saja karena sebenarnya resiko fatal pada bayi akibat infeksi TORCH bisa diantisipasi sejak awal. Bila diketahui ada infeksi TORCH sebelum hamil, dan dikhawatirkan berakibat buruk maka hamil sebaiknya ditunda beberapa bulan sambil diatasi masalahnya (tergantung virus atau parasitnya). Pengobatan CMV sebelum hamil bisa dilakukan dengan pemberian obat gancyclovir dalam waktu tertentu.
Bila TORCH diketahui aktif saat sudah hamil, setidaknya janin akan diawasi ketat atau bisa diberikan obat agar virusnya tidak begitu aktif. Selain itu screening saat lahir bisa dilakukan lebih dini misalnya untuk mata, jantung atau telinga yang sering diserang.
Dulu Aziza tidak mendapatkan skrining pendengaran atau tes Oto Acoustic Emissions (OAE) saat lahir, karena saya juga tidak tahu pentingnya tes itu. Kalau tahu ada infeksi TORCH saat hamil, tentu bisa meminta tes OAE saat Aziza bayi. Andai.. (Boleh ya berandai-andai.. hehe 🙂
Seharusnya tes OAE jadi standar tes bayi saat lahir. Beberapa RS di Indonesia sudah mulai melakukan tes OAE, tapi mayoritas tidak. Bukan hanya untuk bayi beresiko aja, tapi tes OAE diperlukan untuk semua bayi untuk melihat ada atau tidak gangguan pada pendengaran.
Kelahiran Aziza dulu dianggap baik-baik saja oleh rumah sakit. Ketuliannya baru diketahui saat dia umur 2 tahun 5 bulan (lumayan di batas hampir telat) karena sebelumnya kami tidak berpikir ada masalah apapun. Kami pikir, dia hanya telat bicara saja seperti kakak keduanya yang dulu telat bicara tapi sekarang cerewet..
Hasil tes TORCH aziza dari sampel darah menyatakan saat ini semua normal. Tes untuk mengetahui TORCH ada dua macam yaitu Igg dan Igm. Bahasa sederhananya, Igg untuk mengetahui riwayat inveksi di masa lalu, dan Igm untuk melihat kondisi saat ini. Hasil Igm Aziza normal semua, artinya tidak ada virus atau parasit yang aktif ditubuh Aziza saat ini. Tapi, hasil tes CMV Igg-nya sangat tinggi yatu 337,3 u/ml. sementara ambang nilai normalnya <0,5.
CMV adalah virus yang sangat umum dan dapat menginveksi siapa saja, kapan saja, di mana saja. Untuk anak-anak dan orang dewasa sehat, inveksi CMV tidak telihat gejalanya seperti masuk angin biasa sehingga tidak terdiagnosa langsung. Pernah ngrasa masuk angin kan? Pegel, linu, badan lelah, nggregesi? Siapa yang tahu itu inveksi TORCH apa bukan? Buat saya, kalau ngrasa itu ya kerokan. Hehe
Virus ini juga tidak berakibat fatal untuk orang dengan daya tahan tubuh baik kecuali pada mereka yang beresiko tinggi seperti ibu hamil, penderita kanker dan penderita HIV/ADS. Gangguannya bisa ke organ dalam tubuh. Seorang ibu yang hamil dapat menularkan virus pada janinnya dan bisa berakibat parah.
Saat membaca efek virus CMV pada janin, saya bersyukur sekali Aziza ‘hanya’ tuli. “Saya nggak boleh mengeluh”, kata saya pada diri sendiri terus berusaha mensyukuri keadaan. Efek parah lainnya adalah serangan pada otak yang menyebabkan keterbelakangan mental, hydrochepalus, microchepalus, gangguan mata atau kebutaan, cerebal palsy (kelumpuhan otak besar), ketulian atau kematian janin.
Saya nggak bisa membayangkan betapa beratnya kalau harus menghadapi itu semua. Di sisi lain, saya sering bertemu anak-anak dan orangtua dengan sakit bawaan itu yang tetap semangat berobat di RSCM. Sungguh tak pantas saya mengeluh. Semoga semua yang mendapat amanah dari Tuhan, tetap terus semangat. Sekali lagi saya tulis tidak ada yang namanya produk gagal oleh Tuhan 🙂
Penyebaran virus CMV ini dari orang ke orang melalui cairan tubuh, seperti air mata, melalui tranfusi darah, transplantasi organ, air liur, urin, cairan semen, cairan vagina atau melalui hubungan seksual, dan pemberian ASI. Bahkan, CMV dapat menular lewat keringat misalnya melalui salaman dgn org lain yg virusnya sedang aktif. Hiks..
Untuk kasus TORCH yang lain, penularannya selain lewat cairan juga bisa macam-macam misalnya lewat makanan seperti sayuran dan buah yang dicuci kurang bersih, makan daging setengah matang dari hewan yang terinveksi, atau makan makanan yang tercemar parasit toxoplasma dari feces kucing.
Kembali ke CMV, sekali kita terinfeksi CMV, jejak virus akan tinggal seumur hidup dan tubuh sudah membentuk antibodi. Virus itu akan bersiklus antara periode tidur (dormant) dan reaktivasi. Sayangnya, tidak ada pengobatan untuk membunuh CMV seperti juga pada virus pada umumnya. Jika pengobatan dilakukan , biasanya dalam bentuk obat antivirus untuk memperlambat reproduksi virusnya saja.
Ada beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah CMV dan juga TORCH lain, khususnya buat ibu hamil. Yang bisa dilakukan misalnya rajin cuci tangan dengan sabun setelah tak sengaja bersentuhan dengan cairan tubuh orang lain (misal salaman), hindari makan dan minum dalam piring dan gelas yang sama dengan orang lain, cuci tangan sesudah buang air di toilet apalagi toilet umum. Jadi, sering-seringlah cuci tangan.
Buat yang mau program hamil, apalagi pernah punya riwayat TORCH atau bersentuhan dengan binatang, sebaiknya tes TORCH dulu agar sakit bawaan bayi bisa diantisipasi. Memang biayanya cukup mahal. Hiks.. Di RS Swasta, biayanya sekitar Rp 2,5 juta untuk tes lengkap Igm dan Igg. Kalau di RS pemerintah sekitar 1,5 juta. Tapi karena ada kasus yang dialami Aziza, tes untuk Aziza gratis ditanggung BPJS.
Pada umumnya, bila ada hasil tes Igm dan Igg positif atau salah satu positif (tergantung jenis virusnya atau parasit Toxo) dan membahayakan janin, sebaiknya tunda kehamilan.Kalau sudah terlanjur hamil dan ada infeksi TORCH, perlu ada pengawasan ketat selama kehamilan.
Meski tes ini setidaknya bisa mengantisipasi sejak akan hamil atau di awal hamil, lagi-lagi belum tentu jaminan anak lahir sehat tak kurang apapun. Siapa yang tahu gimana proses membuat bayi di dalam perut? (Ibaratnya kalau kita membuat kue, kita bisa melihat takaran adonannya dan mengawasi saat dipanggang di oven biar nggak gosong. Hehe. Lah kalau hamil? ) Ibu hamil tentu pasrah sepasrah-pasrahnya, gak tau apa yang terjadi dalam perut. Di pertengahan hamil, saat ibu sakit juga bisa berakibat buruk ke janin.
Soal tes ini, ada pro dan kontra, ada dokter yang menganjurkan dan ada dokter yang tidak. Tapi buatku, mencegah lebih baik daripada mengobati kelainan bawaan bayi yang harus menguras tenaga, waktu, uang dan menguras emosi sekali. Pentingnya tes TORCH misalnya bisa dilihat di sini
Saya hanya nulis soal CMV, belum nulis soal virus yang lain Toxoplasma, Rubella, Herpes Simplex yang penularannya pun ada yang sama, namun ada yang beda dengan CMV. Monggo disearching dulu buat yang mau hamil atau yang hamil khususnya trisemester pertama kehamilan.
(illian deta arta sari, 081282032922)
Baca artikel lain:
Artikel ttg CMV (in english): Cytomegalovirus
Artikel di The Asian Parents terkait CMV: Waspadai Cytomegalovirus Lebih Bahaya dari Zika
November 30, 2016 at 12:25 pm
Aku dulu pas hamil jg ga pernah mbak tes torch ini. Tp alhamdulillah kedua anak sehat.. Pdhl sebenernya aku punya kucing juga. Tapi apapun, semua udh jd takdir Tuhan ya.. Aku salut mba masih bisa bersyukur, juga ibu2 dengan anak berkebutuhan khusus yg lain , yg slalu siap melakukan apapun demi anaknya.. Kalian ibu2 hebat 🙂
SukaSuka
Januari 2, 2017 at 10:54 pm
Hi mbak Fanny.. makasih dukungannya 😘😘
SukaSuka
Mei 8, 2020 at 5:43 pm
Assalamualaikum bunda..
Terimakasih sudah memberi ilmu ttg cmv, aku keguguran 2 kali, stelah dites cmv nya positif..lg berusaha terapi..
Tetap semangat utk bunda2 yg lain
SukaSuka
Juli 3, 2020 at 4:39 am
Waalaikumsalam mbak Aulia..
Tetap semangat mbak.. Semoga segera diberi momongan dan sehat ibu dan janinnya. amiiiin
SukaSuka
Desember 28, 2016 at 4:51 am
Waahh…kita sehati mbak..saya pun merasakan itu..CMV bner2 ngga terasa yaa..kenalkan,saya sari,anak saya fay 2th5bln penggunana CI bilateral jg..skrg aziza usia brp th?
SukaSuka
Desember 28, 2016 at 5:18 am
Hai mbak Artika.. eh nama kita sama-sama ada Sari nya loh. Hehehe.. Aziza sekarang umurnya 2 tahun 9 bulan. CU bilateral juga mbak.. salam kenal dan salam sayang juga yaaaa.. 😘
SukaSuka
Februari 16, 2021 at 3:57 am
Maaf mbak mau tanya CI yg 240juta sepasang itu merk apa ya? Dimana pasang nya? Soalnya anak sy jg baru pakai ABD, ad niat ingin pasang 1 CI tp ditawari dgn harga sampai 285jt per telinga, rasa nya diluar kemampuan sy kalau segitu… mohon informasi nya bu, trima kasih…
SukaSuka
April 12, 2017 at 1:25 pm
Hallo mba… anak q juga tuna rungu 105db. Kemungkinan krn cmv jg krn aq pernah kena cmv sblm nikah mba… sampai oedem cerebri. Berobat dan terapi selama 2th, dn dinyatakan aman oleh dokter setelah itu nikah. Tp aq g tes TORCH lg sblm hamil. Dulu ada keluhan apa ketika hamil aziza mba? Trus ada tindakan medis gak buat nurunin igg aziza yg tinggi bgt?
SukaSuka
April 13, 2017 at 4:35 am
Hai mbak.. salam kenal ya..
Pas hamil cuma sakit demam flu pilek aja, kayak masuk angin. Ternyata gejala terinfeksi virus lg aktif ya kayak gitu.. Dulu sama sekali gak kepikiran. Tahu pun enggak. Kmaren dokter sempat memantau Igg Aziza. trus disuruh tes pcr, hasilnya negatif jd gpp..
SukaSuka
Juni 6, 2017 at 4:41 am
Hi mba, aku lagi promil sekarang, anak pertama udah SMA…setelah anak pertama, sempat keguguran 2x th 2007 dan 2008, habis tu ga KB sampe skrg dan ga hamil juga ga pernah konsul ke obgyn krn merasa sehat:P, kmrn hbs konsul katanya ada cairan bebas di tuba sebelah dan posisi rahim agak kebelakang. Jadi dikasih antibiotik dan disuruh nungging kalo hbs berhub sm suami. Alhamdulillah setelah minum antibiotik cairan bebas udah hilang. Cuma aku blg kalo di rumah piara kucing (padahal waktu keguguran 2x belum piara kucing), obgyn nyaranin tes TORCH, udah tes nih cm lagi nunggu hasil, kmrn sempet telp ke lab katanya IGG CMV aku + jd mau dites aviditasnyam duh jadi takut. Semoga hasil tesnya semua bagus. aamiin.
SukaSuka
Juni 6, 2017 at 11:54 pm
Hi mbak Linda sayang.. semoga hasilnya semua bagus yaaaa.. 😘😘
SukaSuka
Agustus 30, 2017 at 6:40 am
Hy…mba.. Salam kenal..
Anak sya juga menderita tunarungu.. Baru kemarin di cek dan hasil’y sudah keluar dan ternyata syaraf pendengaran anak sya rusak/tidak berfungsi..
Bulan depan harus ada tes yg di jalani lagi..
Memang satu2’y jalan keluar harus implan koklea tah mba dan itu harga’y berapa?
Dari tes BERA atau yg lain’y juga di luar tanggungan BPJS kan mba??
Sekarang gimana keadaan aziza setelah pasca operasi mba?
Saya takut dan khawatir sekali..
Akankah kah anak saya bisa tumbuh seperti anak yg lain’y padahal anak sya selalu ceria tapi tidak menyangka kalau dy mengalami gangguan pendengaran..
SukaSuka
Oktober 30, 2017 at 10:46 pm
Gangguan dengarnya berapa desibel mbak? Harga alat tergantung merk dan type juga. Kalau sepasang, rata-ratanya paing murah 240 juta.
SukaSuka
Februari 16, 2021 at 3:56 am
Maaf mbak mau tanya CI yg 240juta sepasang itu merk apa ya? Dimana pasang nya? Soalnya anak sy jg baru pakai ABD, ad niat ingin pasang 1 CI tp ditawari dgn harga sampai 285jt per telinga, rasa nya diluar kemampuan sy kalau segitu… mohon informasi nya bu, trima kasih…
SukaSuka
Juli 13, 2021 at 3:19 am
Implan ada 3 merk: Cochlear dr Australia, Medel dari Austria dan AB dari Amerika. Beda harga juga pak.. Kalau Aziza pakai merk termurah dr Cochlear. Skrg kalau gak salah sepasangnya sudah 290 juta.. Maaf ya baru balas. Nyelip..
SukaSuka
Februari 27, 2018 at 11:44 am
Anaknya usia berapa bunda sekarang? Awal di ketahui ada masalah pendengaran bagaimana bun? Tes bera itu bagaimana ya bun?
Maaf ya bun saya banyak bertanya karna anak saya sampai sekarang belum bisa bicara jadi saya kawatir (17bulan)
SukaSuka
Februari 28, 2018 at 2:13 am
Anak saya telat bicaranya. Awalnya kami pikir hanya telat bicara saja seperti kakak keduanya yang kemudian bisa cerewet dengan sendirinya. Tapi saya baca di internet, kalau anak tidak bisa mengucap sepatah katapun di umur 12 bulan, perlu waspada tuli. Jadi saya periksakan ke dokter THT. Ternyata memang tidak bisa mendengar sama sekali.
SukaSuka
September 30, 2018 at 10:26 pm
Maaf jawabnya telat. Anak saya sekarang 4,5 tahun. Awal diketahui gak bisa dengar karena gak ada satu katapun yang terucap. Ternyata kalau gak dengar sama sekali ya gak akan bisa keluar kata. Tes bera itu anak ditidurkan (diberi obat tidur) dan bagian kepala ditempeli kabel-kabel untuk membaca syarafnya merespon suara gak.. Sebaiknya segera diperiksakan ke dokter THT mbak..
SukaSuka
Februari 27, 2018 at 11:42 am
Mb salam kenal
Makasie ya sharingnya..
Kebetulan anak kedua saya sama positif igg CMV
Perkembangan motoriknya lambat, di usianya sekarang 17 bulan dia belum bisa berdiri sendiri 😢, belum ada juga kosa kata yang keluar
Mb dulu aziza di ketahui ada masalah pendengaran dari mb atau dokter, saya juga kawatir soal itu
Bagaimana sekarang perkembangan aziza mb?
SukaSuka
Februari 27, 2018 at 11:42 am
Mb salam kenal
Makasie ya sharingnya..
Kebetulan anak kedua saya sama positif igg CMV
Perkembangan motoriknya lambat, di usianya sekarang 17 bulan dia belum bisa berdiri sendiri 😢, belum ada juga kosa kata yang keluar
Mb dulu aziza di ketahui ada masalah pendengaran dari mb atau dokter, saya juga kawatir soal itu
Bagaimana sekarang perkembangan aziza mb?
SukaSuka
Februari 28, 2018 at 2:11 am
Salam kenal mbak.. Sekarang Aziza umurnya hampir 4 tahun di 12 Maret 2018. Semoga perkembangan motoriknya bisa bagus dengan terapi ya mbak.. amiiin..
SukaSuka
Oktober 27, 2020 at 3:59 am
Haikak, saya positif hamil 5 week dan dokter suruh saya utk priksa torch. Dan hasil igg cmv saya reaktif. Dan dokter resepkan antibiotik. Apakah msh bs di perbaiki cacat janin jika dilakukan antisipaai pada trismster 1 mba? Soalnya saya lg khawatir
SukaSuka
November 11, 2020 at 6:23 am
Kalau Igg kan infeksinya sudah di masa lampau.. Jaga stamina saja ya.. jangan sampai ngedrop karena virus yang lain kan masih ada juga.. Semoga janinnya sehat. Amiiin
SukaSuka
Juni 30, 2021 at 2:24 pm
Salam kenal mba, keponakan sya juga menderita tuli.. Baru minggu lalu di cek dan hasilnya sudah keluar, ternyata syaraf pendengaran rusak dengan ganguan pendengaran berat di kedua telinganya.
Apalah memang harus implan koklea kah mba dan itu harga’y berapa? Kalau dengan ABD saja bisakah??
Saya sedih, takut dan khawatir tentang tumbuh kembangnya kedepan
Akankah kah bisa tumbuh seperti anak yg lainnya.
SukaSuka
Juli 13, 2021 at 3:20 am
Gak harus implan mbak. Tergantung derajad gangguan dengarnya..
SukaSuka
Juni 27, 2022 at 4:30 am
hi mbak , salam kenal ,
terimakasih banget tentang sharing kondisi Aziza,
perkenalkan nama saya yulianca, ibu dari bayi bernama Nadine , yang pada hari ini usianya sudah 4 bulan
Nadine anak keduaku,anak pertamaku juga normal , tidak terinfeksi virus apapun.
Nadine juga positif IgG CMV , pada saat usia 3 bulan dengan ring 25 u/ml , dan setelah 4 bulan menjadi 29 u/ml.
untuk Nadine , sampai saat ini motorik nya yang belum berkembang, serta pendengaran telinga kanan yang refer.
saya hanya bisa berdoa setiap hari , semoga tidak muncul gejala atau kelainan – kelainan yang lain nya,mengingat sampai saat ini masih dilakukan banyak test di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Semangat mbak , untuk Aziza Salam peluk dari jauh
SukaSuka
Juni 28, 2022 at 4:34 am
Salam kenal juga mbak Yuliana.
Semoga Nadine sehat tak kurang apapun ya..
Amiiin
SukaSuka