Aziza akhirnya ketemu teman lama emaknya yaitu Cheta Nilawaty, seorang wartawan Tempo penyandang tuna netra. Cheta ikut sesi Auditory Verbal Therapy Aziza dan juga tes berkala Aided Free Field Test untuk mengetahui kemampuan dengar Aziza. Dia pengen tau gimana sih anak tuna rungu belajar mendengar dan bicara. π
“Mukjizat itu nyata,” kata Replan Manik, ayah Christoper Tigor Noel Manik (4,4 tahun) penuh suka cita saat bercerita soal implan koklea. Replan dan istrinya Melody Siburian tak menyangka Noel mengalami gangguan dengar sangat berat. Mereka sudah berupaya memakaikan ABD, namun tak banyak perubahan. Akhirnya mereka memutuskan implan koklea.
Tuhan pun memudahkan jalan mereka. Noel akhirnya menjalani operasi implan koklea 22 November 2017. Kini Dia banyak menunjukkan kemajuan. “Semoga Tuhan selalu memberkahi kami,” doa Replan Amani Aaron Manik.
Bagi saya sendiri yang mengikuti perjuangan Noel. Saya salut dengan ayah ibunya.

Ada info salah soal implan koklea bahwa anak bisa gila, sakit menjerit-jerit, membuat bodoh, susah menghafal, sangat berbahaya dan lainnya. Karena itu implan koklea harus dilarang. Ada juga penolak implan lain mencontohkan anak pemakainya yang gagal mendengar dan bicara. Di sisi lain dunia medis internasional sudah mengakuinya dan lebih dari setengah juta orang di dunia pemakai implan sudah terbantu. Seberapa bahaya sih? Saya pun wawancara khusus dengan Dokter Harim Priyono Sp.THT-KL yang sudah mengoperasi sekitar 310 pasien implan di Indonesia .
Lanjutkan membaca “Memahami Resiko Implan Koklea dan Antisipasinya”

Ada info yang sesat bahwa implan koklea bisa membuat gila, bodoh atau membatasi aktifitas. Ketiga anak ini membuktikan, Implan koklea tak menghalangi pemakainya untuk tetap berprestasi. Baru-baru ini, Azelia Salsabila (13 tahun), Daneshvara Raja Woga (12 tahun) dan Nadia Safira Zafira (10 tahun 10 bulan) mendapatkan medali emas di bidang olahraga. Ketiganya tuna rungu yang lancar bicara.
Seharian ini Aziza menjalani syuting dari jam 9.30 pagi sampai jam 4 sore. Pengambilan gambar dilakukan oleh tim pembuat video dari Sydney, Australia. Mereka merekam aktifitas keseharian Aziza bersama keluarga dan anak-anak tetangga. Sungguh pengalaman baru buat kami sekeluarga.
Selama ini aku banyak mendengar, melihat dan dicurhati pasangan-pasangan yang berat menghadapi kondisi anak mereka yang berkebutuhan khusus. Ada ortu yang tak kuat terima kenyataan lantas mengalami gangguan kejiwaan, ada yang sedih berlarut-larut, ada yang menyembunyikan anaknya, ada yang menitipkan pada ortu di lain kota, ada yang cekcok sama pasangan tak harmonis lagi, hingga tak jarang ada yang cerai π. Yang kupikirkan cuma satu, bagaimana anak mereka? π
Aziza sering melihat ibunya berdandan. Biasanya dia pun ikutan dandan di wajahnya sendiri. Tapi semalam dia ingin mendandani emaknya. Hehe. Baiklaaaah, nurut saja sambil ngobrol. Aziza saat ini sudah mulai bisa diajak dialog pendek. Hasilnya? hehehehe kayak orang bengkak-bengkak wajahnya..
Untuk anak tuna rungu, keluarga harus sering mengajak bicara, memberi tahu kosakata baru, meminta menirukan dan bertanya untuk melatih anak mengingat kata serta mendorong spontanitas. Latihan mendengar dan bicara ini bisa dilakukan dalam kegiatan apapun: memasak, berkebun, mencuci baju, mencuci piring, bersih-bersih rumah, merawat binatang dan lainnya. Buat semua orang tua, tetap semangat yaΒ π
Beberapa orang tua anak dengan gangguan dengar bercerita bahwa anaknya dilarang memakai alat bantu dengar (ABD) sama sekali. Alasannya pendengarannya bisa makin parah. Dulu juga ada yang pernah melarang saya memakaikan ABD pada Aziza. Menghindari radiasi katanya. ABD saja tidak boleh apalagi implanΒ π. Apa benar ABD bisa memperparah pendengaran? Saya pun tergelitik cari informasi, bertanya pada beberapa dokter, bertanya pada sesama ortu dan baca-baca.
Lanjutkan membaca “Apakah ABD Memperburuk Daya Dengar dan Berakibat Buruk Pada Otak?”
Alat bantu dengar (ABD) atau implan koklea hanyalah alat. Kalau sudah mendengar, berikutnya bagaimana? Alat hanyalah alat, anak tak bisa otomatis langsung bicara. Kemampuan mendengar dan berbicaranya harus dilatih mengejar ketertinggalannya. Berikut ini saya tuliskan apa yang kami lakukan sekeluarga bersama Aziza, sejak awal pemakaian alat baik ABD atau implan koklea.
Semua yang saya lakukan sekeluarga berdasar petunjuk terapisnya yaitu kak Ellen dan juga dari beberapa panduan Auditory Verbal Therapy (AVT) yang saya baca misal dari Warren Estabrooks atau dari bahan-bahan dari internet dan juga diskusi dengan orang tua anak tuna rungu lain. Saya tak akan menjelaskan teori AVT karena bisa dicari sendiri. π Saya tuliskan praktek yang kami lakukan bersama Aziza.

Lanjutkan membaca “Latihan Mendengar dan Berbicara (Sharing Pengalaman Aziza)”
Dengan adanya kemajuan teknologi, orang yang terlahir tuli, tiba-tiba kehilangan pendengaran, atau menua sehingga menurun pendengarannya kini bisa mendengar. Seperti anak saya, Aziza yang terlahir tuli dengan derajad gangguan sangat berat tapi saat ini bisa mendengar dengan bantuan implan koklea. Sebelumnya dia sempat memakai ABD super power 2,5 bulan saat persiapan implan. Ada banyak yang bertanya pada saya apa bedanya implan koklea dan ABD. Karena itu saya tuliskan tentang keduanya.
Saat ini Aziza memakai implan sudah 13 bulan lebih 2 minggu. Aziza kalau minumannya habis, makan habis, toples kosong, uang habis, baterai mainannya habis atau baca buku sudah sampai halaman terakhir pasti langsung bilang “HABIS” π. Alhamdulillah. Biasanya langsung kuajarin ngomong 2 -3 kata nyambung dengan kata spontannya. π
Denger suara anak itu bahagia banget loh.. Nah buat yg masih ngeluh hidupnya, coba deh dengerin suara anaknya dan dihayati hehe. Bersyukurlah gak harus melewati jalan panjang seperti Aziza dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya. Untuk bisa mengucap satu kata sempurna saja bukan hal mudah π. (NB: aziza main ginian cuma sebentar kalau malam aja π)