Mendongeng atau membaca buku bersama anak tuna rungu sangat penting untuk melatih pendengarannya dan meningkatkan kemampuan bahasanya. Sudahkah kita rutin membaca buku bersama anak? πΒ Atau malah jarang karena anak susah diajak baca buku? Atau malah orang tuanya yang sibuk? π
Aziza menumpuk buku yang selesai kami baca berdua. Dengan cara ini, Aziza akan berusaha terus dan terus menambah buku yang dibaca bareng. π
Alat bantu dengar (ABD) atau implan koklea hanyalah alat. Kalau sudah mendengar, berikutnya bagaimana? Alat hanyalah alat, anak tak bisa otomatis langsung bicara. Kemampuan mendengar dan berbicaranya harus dilatih mengejar ketertinggalannya. Berikut ini saya tuliskan apa yang kami lakukan sekeluarga bersama Aziza, sejak awal pemakaian alat baik ABD atau implan koklea.
Semua yang saya lakukan sekeluarga berdasar petunjuk terapisnya yaitu kak Ellen dan juga dari beberapa panduan Auditory Verbal Therapy (AVT) yang saya baca misal dari Warren Estabrooks atau dari bahan-bahan dari internet dan juga diskusi dengan orang tua anak tuna rungu lain. Saya tak akan menjelaskan teori AVT karena bisa dicari sendiri. π Saya tuliskan praktek yang kami lakukan bersama Aziza.
Aziza saat awal memakai ABD. Foto diambil Oktober 2016 di Ecopark, Jakarta.
Untuk mengoptimalkan kerja Alat bantu dengar (ABD), implan koklea, atau BAHA, pengecekan kemampuan alat perlu dilakukan rutin. Pengecekan sebaiknya tidak usah menunggu Aided FFT (Free Field Test) per 3 bulan. Sebaiknya pengecekan dilakukan tiap hari melalui tes Ling Six Sound sederhana yang bisa dilakukan sendiri.