Setelah Aziza, anak ketigaku menjalani operasi implan, banyak yang bertanya soal implan koklea dan biayanya. Satu hal yang ingin kutekankan adalah masalah pendengaran tidak lantas selesai begitu saja setelah operasi. Implan hanyalah babak baru untuk mendengar, dan perjalanan masih panjang begitu juga pengeluarannya.
Ada informasi yang mungkin tidak menyebar menyeluruh soal BPJS dan apa yang dicover dalam operasi implan. Ada beberapa orang tua anak tuli yang tahunya gratis itu ya semua-muanya gratis. Ada juga yang dapat info bahwa BPJS menanggung 200 juta. Selain itu, ada juga yang tahunya setelah beli alat sekali, tak ada biaya-biaya lain karena bakal dipakai seumur hidup alat luar dalamnya.
Iya, biaya tes-tes persiapan, pelaksanaan operasi, dan pasca operasi semua gratis ditanggung BPJS untuk di RSCM. Tetapi di beberapa rumah sakit lain, kebijakannya beda misalnya hanya menanggung 7 juta saja atau sekian persen saja. Beda daerah dan beda rumah sakit beda kebijakan.
Jadi, biaya yang ditanggung BPJS entah sepenuhnya atau sebagian itu hanyalah yang menyangkut operasinya. Sedangkan pembelian alat, sama sekali tidak ditanggung serupiahpun. Aku sudah mencari tahu kalau di Indonesia tidak ada satu asuransipun yang meng-cover biaya pembelian alat. Kalau di luar negeri, banyak asuransi mengcover pembelian alat. Artinya ya kalau di indonesia, alatnya memang harus beli sendiri. Berapakah itu?
Ada tiga penyedia alat koklea implan terbesar di dunia yaitu Medel dari Austria yang dipasarkan Medel sendiri, Advance Bionic dari Amerika yang dipasarkan PT ABDI dan Cochlear dari Australia yang dipasarkan Kasoem Hearing Center. Dari ketiga perusahaan itu, alat implan dan sound processor yang type standar, harga rata-rata terendah sepasangnya bervariasi, diatas 200 juta sepasang. Alat yang paing mahal berkisar 750an juta sepasang dengan implan dalamnya.
Sesudah operasi implan, anak juga harus diajari untuk mendengar pakai alat implan itu karena cara kerjanya beda dengan telinga biasa atau telinga yang menggunakan Alat Bantu Dengar. Sound processor mengubah suara menjadi sinyal listrik yang ditangkap otak.
Anak juga harus belajar bahasa atau mengenal kosa-kata. Untuk itu dibutuhkan terapi Auditory Verbal Therapy/ AVT. Terapi minimalisnya dengan therapist adalah seminggu sekali. Dan itu bisa berlangsung bertahun-tahun, tergantung kondisi anak. Ada yang terapi 2 tahun sudah bagus, ada juga sampai 5 tahunan.
Biaya AVT pun bervariasi, tergantung tempat penyedia. Ada yang memasang tarif 250 ribu per jam, ada yang 350 per jam. Ada pula yang 500 ribu per jam. Artinya dengan terapi seminggu sekali atau 4 jam dalam sebulan, kita harus menyiapkan uang 1-2 juta per bulan.
Tak hanya soal terapi saja, uang yang harus disiapkan. Garansi alat rata-rata hanya berlaku 3 tahun. Lantas bagaimana selanjutnya? Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, ya tentu kita perlu mengasuransikan sound processor yang dibeli. Ya seperti mengasuransikan mobil. Tergantung harga alatnya dan tergantung jasa yang dipakai. Kira-kira biayanya 3 juta setahun.
Gimana kalau tidak diasuransikan? Ya kalau ada apa-apa tanggung sendiri biayanya. 😢. Makin mahal kan kalau ada kerusakan? Namanya juga elektronik, tetap tidak sesempurna telinga buatan Tuhan.
Apakah biaya-biaya itu sudah selesai? Belum..
Yang namanya elektronik, tentu ada batasan umurnya. Di rumah punya TV kan? Bisa rusak kan? Alat elektronik mati karena berumur. Punya laptop? umur laptop juga tidak panjang dan kita harus siap kalau laptopnya harus mati, rest in peace dalam berapa tahun.
Nah begitu juga dengan alat implan. Pengguna juga harus memikirkan penggantian, kira-kira 8-10 tahun. Untuk mengikuti teknologi 10 tahun kedepan, ya kira-kira uang yang disiapkan minimal 250 juta juga. Kita simulasikan, kalau anak umur 3-5 tahun implan, maka diperkirakan kita harus menyiapkan uang penggantian alat 250an juta juga di usia SMP , 13-15 tahun. Selanjutnya saat kuliah atau lulus umur 23-25 juga perlu disiapkan uang lagi. Memang besar biayanya. Di satu sisi juga memicu orangtua untuk bekerja giat dan menabung. Kalau dirinci lagi, hitungannya seperti ini 250 juta : 10 tahun = 25 juta per tahun. Sebulan setidaknya perlu menabung 2 jutaan.
Semua bukanlah hal ringan. Aku cuma ngasih gambaran agar yang mau implan tidak kaget. Kalau memang sudah siap mental menghadapi tagihan seumur hidup itu, ya silahkan operasi implan karena jangkauan suara yang bisa didapat lebih banyak dari Alat Bantu Dengar/ABD. Kalau memang berat, tdak usah berkecil hati juga karena ada banyak anak dengan profound hearing loss yang berhasil menggunakan ABD.
Satu hal lagi.. ABD atau implan hanyalah alat. Yang terpenting adalah habilitasi atau terapi paska pemakaian alat baik dengan terapi mapun dukungan keluarga dan lingkungan. Jangan menganggap bahwa dengan implan, anak akan otomatis bicara. Tidak.. lagi-lagi habilitasinya memegang peran penting. Ada contoh-contoh yang operasi implan tetapi belum bisa atau lancar bicara. Tentu banyak faktor penyebabnya juga, bisa karena faktor kondisi kesehatan anak atau habilitasi kurang optimal seperti lingkungan keluarga tidak cukup mendukung.
Poin yang ingin kusampaikan adalah implan bukanlah segalanya kalau terapinya tidak optimal. Di sisi lain, ada contoh-contoh keberhasilan pemakaian ABD. Jadi, jangan pernah berkecil hati dengan yang dimiliki.
Aku tidak mengecilkan niat baik orang tua-orang tua yang ingin pasang implan buat anaknya. Aku juga tidak menakut-nakuti. Aku hanya memberi gambaran. Rejeki memang ditangan Tuhan dan aku sangat percaya itu. Tapi ada baiknya kita tidak modal nekat, tapi mempertimbangkan banyak hal sebelumnya.
Jangan sampai sudah terlanjut menjual harta benda atau hutang sana sini, tetapi habilitasi dan perawatan alat tidak begitu terurus paska operasi. Jangan sampai juga hidup menjadi makin berat karena harus membayar hutang besar dan disisi lain harus ada pengeluaran besar. Jangan sampai kepala sudah terlanjur diimplan, tapi kemudian berhenti pakai alat. Sedih mendengar cerita seperti itu. 😢
Satu hal lagi, apapun pilihannya, entah implan, entah ABD atau tidak keduanya dan memilih bahasa isyarat, mari kita tidak saling mengecilkan. Tujuannya semua sama, agar anak bisa berkomunikasi, bisa berkembang baik sesuai harapn dan mandiri di kelak kemudian hari.
Jakarta, 13 Juni 2017
illian Deta Arta Sari
081282032922
Juni 13, 2017 at 1:23 am
Informatif sekali Bu Illian, semoga para orangtua yang memiliki anak dengan masalah pendengaran tetap semangat.
SukaSuka
Juni 13, 2017 at 2:44 am
Makasih mas.. 😊
SukaSuka
Juni 13, 2017 at 3:03 am
Salam kenal mbak Illian, anak saya yang masih 2 tahun juga punya profound hearing loss karena dulu kena rubella.
Yang ingin saya tanyakan, bagaimana cara untuk mengasuransikan CI nya ya mbak? Karena saya baru dengar asuransi untuk Ci
SukaSuka
Juni 13, 2017 at 3:22 am
Melalui penyedia alatnya pak..
SukaSuka
Februari 26, 2018 at 10:51 am
Salam kenal mbak.. maaf baru balas. Tidak semua provider ada asuransinya mbak. Tergantung providernya. Untuk Cochlear diurus penyedia di sini yaitu Kasoem.
SukaSuka
Agustus 30, 2017 at 10:22 am
Assalamu’alaikum warahmatullah.
Salam kenal mbak illian. Terimakasih mbak sudah mau berbagi lewat tulisan, saya sudah membaca beberapa tulisan mbak di blog ini dan merasa terbantu memahami kondisi keponakan saya yang didiagnosa mengalami gangguan pendengaran.
Jika berkenan, bolehkah saya menghubungi mbak untuk sekedar sharing atau tanya-tanya?
SukaSuka
Agustus 30, 2017 at 10:44 am
Dengan senang hati mbak.. hp saya 081282032922
SukaSuka
Oktober 25, 2017 at 9:45 am
Assalaamualaikum..
Mbak, anak saya Assyifa menderita gangguan pendengaran sejak lahir dan sekarang umur 3 tahun. Kiri kanan 70/100 dan saat ini sudah pakai ABD namun belum ada kemajuan. Apa yang sebaiknya saya lakukan? terus pakai ABD atau pasang CI…..Terus kalau CI harus dua duanya atau bisa sebelah dulu?
Terima kasih
SukaSuka
Oktober 26, 2017 at 3:20 am
Waalaikumsalam pak Hadi. Ada beberapa Faktor yang mendukung keberhasilan mengajarkan bahasa dan mengajarkan bicara pada anak:
1. Alat yang dipakai sudah sesuai apa belum. Untuk gangguan dengar dengan derajad sangat berat seharusnya memakai ABD Super Power.
2. Apakah settingan alat pas? Apakah diservis rutin? Apakah juga melakukan FFT aided test berkala?
3. Bagaimana terapinya khususnya terapi di rumah oleh orang tua dan keluarga terdekat serumah?
Kalau soal implan, prosedur tersebut hanya untuk gangguan sangat berat atau diatas 90 desibel.
SukaSuka
November 25, 2017 at 12:15 pm
assalamu’alaikum mb Illian, terima kasih banyak atas sharingnya.. Barakallah..
Anakku umur 10 bulan juga divonis profond oleh dr THT di Balikpapan, karena hasil test BERA nya masih no respond diberi impuls suara 95db :(.. resiko anakku memang tinggi utk kena gangguan pendengaran, anakku lahir terdiagnosa hipoksia, asfiksia berat dan sepsis trs kena TORCH juga.. ini rencana mau ngetest ulang di Jkt, kira2 ada rekomendasikah utk dokter THT yg “enak” diajak konsultasi utk masalah anak saya seperti ini… Terima kasih mba atas infonya.. 🙂
SukaSuka
Desember 15, 2017 at 6:58 am
Sabar ya mbak Anis.. 😘😘 Tetap semangat
SukaSuka
Februari 25, 2018 at 2:17 pm
Anak kami profound hearing loss ka/ki 110/120 db, berkonsultasi dengan Prof Helmy, SP THT KL di RS THT SS Medika Salemba, Jakarta. Komunikatif dan berpengalaman.
SukaSuka
Februari 26, 2018 at 10:53 am
Hai mbak Anis.. Di SS Medika Salemba ada Prof Helmi atau Dokter Suzanna. Aziza dulu periksa di sana. Tapi SS Medika Salemba tidak menerima BPJS. Di RS THT Proklamasi ada Prof Soekirman, di RSCM ada Dr Harim. Semuanya berpengalaman..
SukaSuka
April 28, 2018 at 4:01 pm
Hai mba, anak kita “senasib” hehehehe anak saya CRS dan muncul triad rubellanya (mata, jantung, telinga).
Cuma kemarin di THT lupa nanya apa harus kontrol lagi pasca test BERA karena terlanjur drama air mata saya dan bayi sehingga lupa mau nanya2 apa lagi. Karrna sudah banyak diceritakan oleh terapis selama bayi di BeRa >_<
Saya paa BERA yg jaga dr. Ronny di RSCM , wl pas test dengan residence dan terapis.
SukaSuka
April 29, 2018 at 2:33 am
Ada group WA ortu yang punya anak dgn masalah beberapa seperti anak mbak: jantung, mata, telinga atau ada tambahan global delay.. kalau mau saya sampaikan ke adminnya
SukaSuka
Mei 4, 2018 at 1:26 am
Saya join yg rubella keche dan indonesian for rare disease
SukaSuka
April 28, 2018 at 3:57 pm
Nice info mba, aku pikir dengan implan simsalabim kelar urusan meski merogoh kocek gila2an. Ternyata pasca implan itu lebih “gila2an” lagi fiuuuuuuh..
Baiklah mungkin bayiku ABD saja dan rajin terapi, berharap keajaiban datang agar bayiku bisa melihat dan mendengar :’)
SukaSuka
April 29, 2018 at 2:12 am
Hai mbak..
semoga tetap semangat ya… (peluk.. 😘). Ada beberapa contoh anak pakai ABD bisa bicara juga. Jadi jangan berkecil hati.. Sudah gabung dengan support group untuk bisa sharing masalah yang sama?
SukaSuka
Mei 4, 2018 at 1:26 am
Iya mba ini jg masih nabung buat ABD
SukaSuka
Desember 1, 2018 at 6:31 am
Slm kenal Mbk illian, mksh infonya. Cucu sy umur 3 bulan pnya msalah dgn pendengaran nya, krn wkt ibunya hamil 2 bln dpt rubella. Apa bleh sy dpt infrmasi lebih lnjut? Mksh sblm nya.
SukaDisukai oleh 1 orang
Desember 1, 2018 at 10:44 am
Salam kenal.. info apa yang bisa saya bantu? Hape saya 081282032922
SukaSuka