CEA86998-F113-45ED-B621-6FE8C357F568
Beberapa temanku baru-baru ini meninggal di usia muda. Rasanya sedih kehilangan mereka apalagi saat melihat anak-anak mereka yang kecil-kecil. Aku pun mulai mengubah pola hidup sehat setelah berdialog panjang dengan almarhumah mbak Wulan yang terkena cancer kira-kira sejak awal 2018. Mbak Wulanlah yang banyak mengajarkan pola hidup yang baik. Kami berdua saling dukung. Aku punya tekad mau hidup sehat, berumur panjang agar bisa mendampingi anak-anakku hingga mereka kelak menikah dan punya anak ❤️.

Tubuh itu sebenarnya berkomunikasi pada kita dan mengirimkan tanda-tanda kalau ada sesuatu. Bisa saja tandanya samar. Kadang orang-orang mengabaikan karena sinyal tak kuat. Ibarat kata kita mencari gelombang radio, ada yang langsung terdengar jelas. Tapi ada yang gemerisik meski itu juga ada gelombang. Bisa juga orangnya terlalu biasa kerja keras jadi abai sama sinyal tubuh karena tak terlalu mengganggu aktifitasnya. Misalkan kalau tengkuk suka pegel,  atau kepala suka senut-senut bisa saja loh kadar kolesterol atau LDL tinggi. Kalau gampang ngantuk, cepet lelah, pipis-pipis di malam hari bisa jadi gejala kena diabetes.. 😊. Tapi ya kadang orang mengabaikan selama masih bisa beraktifitas macam-macam. Aku pun begitu.

Sejak setahunan lalu aku ngrasa perutku di sebelah ujung jahitan operasi sesar kadang terasa kesetrum. Nggak mengganggu sih. Tapi ya terasa. Kupikir bekas operasi saja karena aku sesar 3 kali. Hingga sebelum puasa 2019, aku mencari tahu ada apa sebenarnya.

Aku ke dokter setelah tetangga depan rumahku, almarhum mbak Reni meninggal mendadak di usia muda. Kata teman yang diceritain langsung, almarhumah usus buntu. Dari situ aku searching soal usus buntu. Ternyata posisinya sama dengan sinyal di tubuhku, yaitu di perut kanan bawah. Duh. Kucoba tekan dengan dalam, ternyata ada nyeri di satu titik. Selama ini aku nggak ngrasa karena nggak pernah menekan dan perut ketutup lemak, jadi ya tak terasa (🙈).

Dari yang kubaca awal di internet, sakit di perut kanan bawah bisa saja kena usus buntu kronis.. Ada problem di usus buntu tapi tidak terasa dan sedikit demi sedikit bertambah hingga bisa parah atau pecah suatu hari.

Mulailah perjalananku mencari tahu. Aku ke dokter spesialis penyakit dalam RS Swasta. Aku nggak pakai BPJS karena mau cepat. Dokter mengatakan dugaan usus buntu atau kista. Karena penanganannua berhubungan dengan bedah, kemudian aku dirujuk ke dokter spesialis bedah digestif. Saat itu dibilang usus bagus. Meski demikian dokter menduga kista lagi. Karena ini urusan obgyn, aku dirujuk ke dokter spesialis radiologi untuk di USG yang lebih lengkap dan bawa hasil ke obgyn. Selama seharian dari pagi sampai malam kujalani. Dokter radiologi juga bilang Kista di ovarium kanan. Begitu juga dokter Obgyn yang langsung menyarankan operasi karena ukurannya besar 5,9 x 7 cm.

Duh, rasanya lemes. Bagai disambar geledek di siang hari. Lagi-lagi bayangan operasi menari-nari di kepalaku. Selama antri dari poli ke poli, wajah anak-anakku bergantian muncul.

Aku harus tenang. Aku harus sehat. Demi anak-anak. Begitu tekadku..

Aku tak boleh tergesa-gesa.. Aku pun butuh waktu menghela nafas.. Aku searching semua hal soal kista. Ternyata prosentasenya sangat tinggi pada perempuan. Penyakit ini sering datang tak disadari karena tak terasa langsung sakitnya. Ya mungkin itu tadi, sinyal kecil atau orangnya tak peka karena biasa kerja keras.

Ditemani Yenni Meilina Lie aku cari second opinon dari dokter obgyn lain. Ternyata hasilnya sama, kistaku besar dan disarankan operasi karena ukuran besar dan berpotensi ruptured/ pecah/ terpelintir dan terjadi pelengketan. Jadi kista ini semacam gelembung atau lapisan berisi cairan, semi padat seperti bubur atau gas.

Hasil dari dokter spesialis obgyn kedua ini ternyata sama. Ukurannya di ambang batas toleransi dan disarankan dioperasi segera.

Duh..

Aku masih tak siap operasi..

Meski begitu, aku mengikuti petunjuk dokter untuk tes laboratorium baik urin dan darah. Semua kujalanin satu persatu.

Aku pun menulis kondisiku di fb dan ternyata begitu banyak teman yang japri ke aku atau nulis di komen bahwa mereka juga pernah mengalaminya, punya kista. Ada yang operasi di Indonesia, Singapura atau Malaysia dan ada yang tidak operaai namun memilih mengatur pola makan.

Baiklah, aku mencoba menjaga pola makan. “Siapa tau bisa berhasil.”

Seorang teman, mbakyu Inggita Notosusanto juga meminjamkan kaos terapi. Selama sebulan aku pakai saat malam..

Aku pun berusaha minta doa dari banyak orang dan memperbanyak sedekah. Sebuah nasehat yang bakal kuingat seumur hidupku dari mbak Wulan Anggraeni. “Kita tak pernah tahu melalui mulut mana doa kita dikabulkan Allah SWT. Karena itu, banyak-banyaklah minta doa dari sebanyak mungkin orang selain berdoa sendiri.” ❤️

Semua usaha sudah berjalan 4 bulanan, waktunya ngecek kondisi dan mempersiapkan diri untuk pilihan terakhir yaitu operasi. Mengingat biasanya mahal kalau operasi, maka aku akan pakai BPJS. Operasi Kista ada dua macam: dengan cara laparotomy atau laparoskopi. Untuk meminimalkan luka dan mempercepat pemulihan, aku sudah mikir laparoskopi. Kalau sendiri di beberapa RS Swasta jakarta berkisar 50-75 juta.

Hari Senin 5 Agustus kumulai proses pengajuan BPJS di Puskesmas. Hari Rabu 7 Agustus ke RSUD minta rujukan. Lalu hari Kamis 8 Agustus, aku ke RS rujukan tingkat Provinsi.

Untuk pertama kalinya pemeriksaan kistanya dilakukan lewat USG vaginal. Sungguh kaget hasilnya.

“Bu ini nggak ada kistanya.. Bersih kok. Ini indung telur kanan dan kiri normal, tak ada apapun,” kata sang dokter itu dengan tenang.

“Hah.. masak sih dok.. Serius?” tanyaku berulang-ulang. Kalau digambarkan, mungkin wajahku kaget, mata melotot, mulut menganga. Seperti ini ~> 😱

Rasaku campur aduk antara senang, kaget, nggak nyangka, lega, bahagia, terharu, mau nangis.. 😭😭😭

Pak dokter muda yang ganteng itu.. (#hehe 😁), kembali mengulang pemeriksaannya. Dengan tenang, dia menjelaskan sambil melakukan USG dalam.

“Ini indung telur ibu yang kanan.. Habis masa subur ini, tapi tak terjadi pembuahan. Normal. Ini yang kiri juga normal.. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tak ada kista, miom atau endometriosis.”

😭😭😭😭…

Habis periksa, kubuka semua hasil print outUSG di semua dokter yang pernah kulalui. “Dok.. beneran nggak ada? Lalu hasil ini gimana?”

Dokter ini membuka satu persatu diagnosa dan melotot tak berkedip pada semua hasil usg. “Iya bu kalau di sini ada. Bisa jadi karena ini USG luar jadi terlihat ada. Saya duga di USG ini kista visiologis yang biasa terjadi, dan bisa hilang. Tadi kan di USG dalam tidak ada,” katanya.

“Lalu kenapa saya suka ada efek kesetrum. Kadang perut kanan bawah tembuh ke pinggang atau paha?”

“Kalau keluhan kesetrum itu bukan karena kista. Kalau kista nyeri hebat. Efek kesetrum itu dari syaraf. Lebih baik ke dokter syaraf buat tahu detilnya. Nanti minta rujukan awal lagi kalau mau,” jelasnya

Pak dokter juga mengatakan kemungkinan low back pain atau bisa saja ada syaraf kejepit bahasa sederhananya. Ehem.. Memang 5 bulan lalu aku beli sepatu dan kekecilan. Karena sayang harganya mahal, kupakailah sepatu itu. Efeknya telapak kaki area kelingking kanan suka senut-senut. Tulangnya nyeri 🙈..

Habis ketemu dokter ini, rasanya mengharu biru. Saat masuk lift, air mata menggenang di mataku.

Alhamdulillah. Rasanya masih sulit percaya. Seperti ada keajaiban..

Meski aku dinyatakan sehat, pola hidup sehat harus jalan terus. Aku mau berumur panjang dan bisa menggendong anak-anaknya Kumara, Nararya dan anaknya Aziza nanti. 😍

Buat teman yang lain, jangan abaikan tanda-tanda alam sinyal dari tubuh. Andai bagian tubuh bisa bicara, mungkin mereka ngomel kalau kita membebani kerja bagian tubuh tertentu atau kurang perhatian hehe. Tapi kan mereka tak bisa bicara. Semoga kita semua diberi sehat.

Makasih buat semua yang sudah ngasih dukungan yang tak bisa kusebut satu-persatu. Makasih yang sudah mendoakan tulus.. ❤️

—–

“Kita tak pernah tahu dari mulut yang mana doa kita dikabulkan Allah SWT. Karena itu, banyak-banyaklah minta doa dari sebanyak mungkin orang selain berdoa sendiri.” ❤️